Serpihan Hati

Oleh : Dewi Rimba

“Aku nggak bisa ambil beasiswa itu,… maaf..”
“Kenapa? Apa kamu udah dapet beasiswa dari yang lain?”
“Aku udah mutusin kalo aku mau kuliah disini saja…”
Lisa masih belum bisa percaya dengan apa yang baru Gusti katakan.
“Gus, kasih alasan yang tepat lah… nggak mungkin kamu tiba-tiba menolak beasiswa yang kamu perjuangkan mati-matian ini?” Nada bicara Lisa meninggi.
Gusti diam saja, tak berusaha memberi penjelasan pada Lisa, dia hanya menerawang jauh, pandangannya kosong seakan memikul beban yang begitu berat.
“Gusti, coba deh, kamu cerita ke aku, ada apa? Siapa tahu aku bisa bantu, aku kan bukan orang lain Gus, aku pacar kamu…”
“Justru karena kamu pacar aku!” ucap Gusti lirih.
“Maksudnya??”
“Minggu depan aku tunangan…”
“Gusti… aku nggak ngerti deh… Minggu depan… kok kamu tiba-tiba gini sih…? Minggu depan? Yang benar aja? kalo sampai ngebuang beasiswa… aku nggak mau..”
“Aku nggak minta kamu buat ngebuang beasiswa itu kok…”
“Maksudnya?”
“Bukan dengan kamu”
“Maksudnya?”
“Iya Minggu depan aku tunangan, tapi bukan dengan kamu…”
Tubuh Lisa limbung serasa terhempas ke jurang yang begitu dalam. Hatinya serasa teriris-iris, tapi dia masih berusaha menanggapinya dengan kepala dingin.
“Kamu bercanda kan? ”
Gusti menggeleng. Pikiran Lisa melayang jauh, ke kejadian dua tahun yang lalu. Dia ingat kesepakatan itu.
” Gusti, aku..”
” Kenapa? Kamu baik-baik aja kan? Kok pucat gitu?”
“Aku.. aku mau jadi temen kamu…” Akhirnya Lisa dapat mengeluarkannya, kata-kata yang sungguh sangat sulit ia ucapkan.
“Maksudnya? Kita kan udah temenan…”
“Nggak maksudku… aku.. aku mau jadi lebih dari sekedar teman bagi kamu.. mungkin kamu bakal menilai jelek aku atau menganggap aku cewek apaan… tapi aku nggak peduli… yang jelas aku nggak bisa menahan perasaan aku ke kamu.. terserah kamu mau menerima aku atau tidak yang penting kamu tahu perasaan aku ke kamu!”
Gusti terdiam, dia memandang wajah imut Lisa.
” Lisa.. kamu jangan bercanda.. aku nggak bisa jawab sekarang…”
“Aku nggak bercanda dan Aku mau kamu jawab aku sekarang, kalo enggak ya jawab enggak sekarang, aku nggak mau kamu mengulur-ulurnya.”
Gusti terdiam sejenak, berbagai perasaan berkecamuk di dalam hatinya. Apalagi Lisa mengungkapkan dengan tiba-tiba begini, Gusti tak mungkin menerima Lisa, dia sudah punya Naya, jadi tak mungkin. Tapi hatinya entah kenapa tak bisa melihat Lisa sesedih itu, apalagi selama ini Lisalah yang selalu menjadi partnernya di berbagai kegiatan di OSIS maupun Organisasi lain di sekolahnya.
” Lisa… maaf.. aku sudah punya Naya… meski aku juga suka sama kamu…”
Setitik air mata jatuh dari pelupuk mata Lisa, gadis yang selama ini selalu bersemangat, yang selalu tersenyum, kini benar-benar menangis, dan air mata itu benar-benar menyesatkan hati Gusti.
“Kalo gitu jadiin aku yang kedua!”
Gusti melongo? Nih anak makan apa tadi pagi?
“Please…, kamu nggak wajib ngapel tiap malam Minggu, kamu nggak harus ada jika aku butuh, kamu juga nggak harus mencintai aku… tapi ijinkan aku untuk memiliki kamu, meski bukan hatimu… dan biarkan aku mencoba menaklukkan hati kamu…. please… Gus, aku memang nggak cantik… dan aku janji ini hanya antara kita berdua… nggak bakal ada yang tahu hiks… hiks….”
“Aku… nggak bi….. ”
“Hiks… hiks… please… kasih kesempatan aku buat memiliki kamu…”
“Emang kamu mau menjadi yang kedua?”
Lisa mengangguk.
Gusti berpikir sejenak…. Tangannya mengambil sesuatu dari kantong seragamnya, sebuah gelang berwarna merah biru yang ia buat sendiri dari tali Prusik. Gelang yang sama juga melingkar di pergelangan tangannya, dipasangkannya gelang itu di tangan Lisa.
“Gelang ini aku buat sepasang dengan yang aku pakai, aku beri kamu kesempatan buat naklukin hati aku, tapi aku nggak bisa janjiin apa-apa ke kamu…. karena aku nggak mungkin ninggalin Naya.., mungkin kalo emang kita dikaitkan satu sama lain, seperti gelang ini yang dibuat saling terkait satu sama lain… tapi aku nggak bisa janjiin apa-apa ke kamu… jika suatu saat aku ninggalin kamu…”
Lisa tersenyum, langsung dipeluknya tubuh Gusti, seolah tak akan melepaskannya.
“Terima kasih Gus… aku janji ini nggak akan mempengaruhi hubungan kamu sama Naya….”
Setitik air mata meluncur dari mata Lisa, tapi sedetik kemudian dia tertawa.
Yah aku sekarang ingat, yang aku takutkan ternyata yang aku takutkan terjadi juga… padahal.. harusnya aku bersiap-siap dengan semua ini hiks..hiks…”
Gusti tak kuasa melihat gadisnya menangis, ini adalah pertama kalinya dia melihat Lisa menangis karenanya. Direngkuhnya bahu gadis itu.
” Maafin aku Lis, ”
” Nggak papa… ”
” Aku kok yang salah… harusnya aku bersiap-siap untuk kehilangan kamu setiap saat… dan aku kira saat itu masih lama tapi ternyata secepat ini…. hiks…. hiks… ”
# # #
Q brkt mlm ni, pk krt jm8. Bs ktm g? Pls utk yg trahir.
Option, send, contact, Gusti, Ok
Message sent.
Lisa hanya memandang sedih undangan berwarna merah jambu yang sudah setengah basah lantaran dia tak kuasa menahan air matanya yang sudah sejak pagi ia bendung, harusnya hari ini dia berbahagia, karena hari ini dia pulang ke Jakarta, ketemu orangtuanya, sebelum kemudian mengikuti karantina bersama para penerima beasiswa dari kota lain di Indonesia. Tapi Lisa serasa berat meninggalkan Purwokerto, sebuah kota kecil yang berada di bawah kaki gunung slamet itu. Kota dimana dia menghabiskan masa SMUnya di situ, berat meninggalkan semuanya, meninggalkan kenangan tentang Gusti…
“Ah…” Lisa bangkit.
Digendongnya tas carriel yang dari tadi bertengger di kursi ke bahunya. Lisa melirik ponsel kuno yang sudah hampir enam tahun menjadi miliknya. Malah chasingnya sudah ia selotip lantaran sudah tak mau menutup sempurna. Dia sedang menunggu balasan pesan dari orang yang begitu ia sayangi, tapi pesan itu tak kunjung datang juga.
“Kalo emang kamu datang berarti aku masih punya harapan. Tapi kalo kamu tak datang berarti aku yang harus ngelupain kamu….,gumamnya sedih. Dia mengangkat tas carriernya ke punggung dan mengunci kamar kos yang sudah ia tempati selama 3 tahun sejak dirinya masuk SMA di kota Purwokerto itu.
# # #
Q brkt mlm ni, pk krt jm8. Bs ktm g? Pls utk yg trahir.
Sender : Sweet Lisa
Gusti hanya memandang bimbang sms yang baru saja masuk ke Hapenya itu. Alunan musik yang berasal dari petikan piano yang dimainkan Anez, kakak Naya, mengiringi Naya yang tengah melangkah menuruni tangga digandeng oleh ibunya, senyum bahagia menghiasi wajah cantik Naya yang memakai Kebaya warna biru muda.
Berbeda dengan Gusti yang entah kenapa ada sedikit rasa yang sangat mengiris ulu hatinya. Grrrr….. grrr….. Hapenya kembali bergetar tanda sms masuk, dibukanya pesan singkat itu.
Krtq ntar lg brkt, gk mw prpsahan ni?
Sender Sweet Lisa
Gusti semakin bingung dan tak enak hati, tapi dia sudah memutuskan untuk memilih salah satu dari gadis yang ada di hatinya, dan dia memilih Naya karena Nayalah yang pertama kali dipacarinya. Sementara Lisa, baginya hanyalah selingan sesaat dalam kepenatan hubungannya dengan Naya yang sudah hampir tiga tahun.
Gue udah ngambil keputusan dan gue dah gak peduli lagi dengan cewek itu.., jadi ngapain gue jadi bimbang kayak gini… brengsek!! Tuh cewek selalu saja buat gue jadi serba salah kayak gini…
Gusti berjalan mendekat ke arah tangga, menyambut Naya. Dipaksanya untuk tersenyum.
“Naya…. You’re so beautifull tonigt…”
“Thank, ”
” Yuk… ada yang mau aku omongin…. ” Naya menarik tangan Gusti meninggalkan ruangan, tidak peduli dengan pandangan heran dari ibunya.
# # #
Jarum Jam di stasiun besar kota Purwokerto menunjukan pukul 19.00, sementara kereta yang Lisa tumpangi berangkat jam 20.00. masih ada sejam, dia datang gak ya?. Berkali – kali Lisa melirik jam besar itu, sampai menunjukan pukul 19.30.
Dari speaker terdengar kereta jurusan Jakarta telah sampai di Kroya, yang berarti sudah dekat. Tapi yang ditunggu Lisa tak kunjung datang. Lisa mengambil ponsel jadulnya, tak ada satupun pesan terpampang di layar. Tangannya mulai menari di atas tombol keypad.
Krtq ntar lg brkt, gk mw prpsahan ni?
Option, send, contact, Gusti, Ok
Message sent!
Semenit, tak ada balasan. Sepuluh menit, belum juga ada balasan, sampai dua puluh menit kemudian tak ada balasan juga .Dari speaker yang terpasang di atas tiang setinggi enam meter suara seorang petugas stasiun menggema mengumumkan kereta jurusan Jakarta telah masuk Stasiun, dan meminta penumpang untuk segera masuk ke gerbong Kereta.
Lisa masih juga berdiri memandang pintu masuk, menunggu cowok yang amat ia harapkan, tapi dari puluhan orang yang lalu – lalang wajah itu tak juga kelihatan. Tin… tin…. ponselnya bergetar tanda sms masuk, Lisa langsung membukanya, seulas senyum menghiasi wajahnya yang murung, matanya berbinar – binar ceria.
Dari arah pintu masuk Stasiun seorang cowok berkacamata terlihat berjalan ke arahnya. Lisa merasa angin pegunungan menerpa rambutnya sejuk. Tubuhnya serasa melayang, apalagi ketika cowok itu menghampirinya dan ada didepannya, kepalanya semakin pening menyusup di hatinya perasaan yang sama ketika dia berdiri di atas awan, ketika untuk pertama kalinya dia menaklukkan ketinggian puncak para dewa bulan lalu, Puncak Mahameru. Lisa tak dapat berkata-kata.
Ting… tong…
Kereta Gumarang jurusan akhir Jakarta Pasar Senen, akan diberangkatan lima menit lagi, kepada para penumpang harap segera bersiap.
Grrr.. grrr.. Lisa terhenyak, cowok berkaca mata itu hilang dari pandangannya, di pandanginya pesan yang baru saja masuk ke hapenya itu.
Ups, sorry bgt, q gak bs anter . Good luck yah!
Sender Gusti
Wajah Lisa langsung berubah pucat, mata itu tak lagi berbinar – binar malah menjadi berkaca – kaca. Butiran kristal bening telah meluncur dari mata sipitnya. Dia melangkah gontai, tak berarah. Tiba – tiba tangannya ditarik oleh seseorang masuk ke gerbong. Kontan Lisa yang lagi bengong pun kaget, dia terjepit di pintu gerbong karena begitu penuhnya penumpang.
Lisa mencoba melepaskan tangannya dengan kasar.
” Eh apa – apaan sih main tarik gitu aja! Lepasin dong!” Jeritnya menarik perhatian para penumpang.
Akhirnya tangan itu melepaskan Lisa juga.
Sapa sih loe? Main tarik gitu aja? Kenal juga nggak! Emang gue gerobak apa? ” Omel Lisa meluapkan kekesalan hatinya pada si penarik tangan yang tadi. Yang di omelin malah cengar – cengir. Matanya menangkap sesuatu di tangan yang tadi menariknya erat itu. Gelang yang sama dengan yang dia pakai.
” Mungkin kalo emang kita dikaitkan satu sama lain, seperti gelang ini yang dibuat saling terkait satu sama lain…”
” Kalo aku nggak narik kamu pasti kamu ketinggalan kereta…!!”
Suara itu… gelang itu…
” Gusti !! Naya? ”
” Dia baik-baik aja…”
” Maksudnya? ”
Laju kereta semakin kencang, meninggalkan Stasiun. Di ujung sana di kursi tunggu, seorang gadis mungil dengan masih menggunakan gaun pesta warna putih, hanya memandang kosong kereta yang baru saja meninggalkan Stasiun. Seulas senyum menghiasi bibirnya, meski matanya berkaca-kaca.
” Sampai jumpa Gus, aku akan menunggumu… aku yakin kamu akan kembali padaku… dan aku akan selalu mencintai kamu… sampai kapanpun….”
# # #
” Aku nggak bisa ngelanjutin pertunangan ini, Aku nggak bisa… maaf…”
” Aku nggak ngerti maksud kamu , ”
” Aku nggak bisa tunangan sama kamu…”
Lelaki itu terdiam, mencoba mengeja kata-kata calon tunangannya. Gadis itu tidak sedih tapi kelegaan yang terpancar dari wajahnya.
” Kenapa?”
” Aku sudah tidak mencintai kamu, dan Aku tahu hubunganmu dengan dia, dan aku nggak mau ngerebut masa depan kamu! Kamu harus ambil beasiswa itu! Pergilah.. ”
Lelaki itu tak berpikir panjang lagi, dipeluknya tubuh mungil itu erat.
” Maafin aku… terima kasih…”
Si gadis melepaskan pelukannya.
” Barang-barang kamu udah aku siapin,kita masih punya waktu sekitar 15 menit untuk mencapai stasiun… ”
T A M A T

0 comments: